Kamis, 14 Juni 2012

SeeSaw

 
Only One, Even If I Die (Sunflower Story)
Posted  by Shin Hyu Rin
http://ffindo.files.wordpress.com/2012/05/onlyoneevenifidie.jpg?w=450&h=540
Title: Only One, Even If I Die (Sunflower Story)
Author: Kihyukha
Cast:
  • Lee Taemin (SHINee)
  • Kwon Yoora (OC)
  • Choi Minho (SHINee)
Genre: Angst, Romance, AU
Length: Ficlet (or Vignette?)
Playlist: Omoi O Tsumugu Orgel (from Ashita No Nadja Soundtrack)
Disclaimer: I own the story. This is completely mine, dont try to copy+paste. Taeminnie and Minho are belong to God, by the way
Hasil iseng-iseng gara-gara writer’s block… Syukurdeh akhirnya jadi juga :’)
Happy Reading!
******
Only One, Even If I Die
Sunflower Story
Never regret this feelings
Oh baby, how can you made me fell so hard?
Even I will die later, no one can change this heart belongs to
As much as I can, I can loving you as long as I can
So just don’t leave me
******
“Yoora! Coba kejar aku, dasar lamban!”
“Yah! Lee Taemin, awas kau!”
Bruk!
“Taemin-ah!!!”
******
Friday, 27 April 2012
Halo buku tua, hari ini aku kembali menengok isimu. Kelihatannya banyak sekali hari-hari yang kosong di dalam tiap lembaranmu karena aku. Maafkan aku, bukan karena aku malas, tapi aku sibuk. Sibuk apa? Haha. Kau tahu aku hampir selalu nganggur, tapi sebenarnya aku sibuk, kok.
Tidak percaya?
Tentu saja kau tidak percaya. Tiduran di dalam ruangan yang berbau menyesakkan dan jarang keluar dari sini itu pasti menurutmu adalah kegiatan pengangguran—tapi nyatanya tidak begitu, menurutku.
Baiklah, kita sedang membicarakan apa tadi?
Oke, aku ingat. Begini, akhir-akhir ini aku merasa tubuhku bereaksi berlebihan. Kadang tanganku bergetar, tidak kuat menulis lama-lama. Sempat kemarin aku merepotkan seorang perawat karena aku tidak sengaja menjatuhkan gelas. Aku benar-benar merepotkan sekali, ya. Haha.
Dan nanti malam, aku harus periksa darah lagi. Menyebalkan tidak, sih? Sudah cukup jarum-jarum itu menusuk-nusuk kulitku, tapi tetap saja itu dilakukan dalam alasan untuk membuatku sembuh. Sialan, mereka tidak tahu kalau merawat kulit itu susah.
Oh ya, tadi siang juga Minho hyung mengunjungiku bersama Yoo. Kau tahu Yoo, kan? Yoora. Ah, tentu saja kau tahu. Di setiap lembaran terdahulumu, nama itu selalu kutulis tanpa alasan. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa. Yoora semakin hari semakin cantik, membuatku selalu saja terpesona melihat dirinya. Dia juga salah satu alasanku untuk cepat sembuh. Yoora sangat baik, dia datang tiap hari—bersama Minho hyung—untuk mendoakan kesehatanku. Aku bahagia sekali.
Sedikit informasi, tadi kami merayakan anniversary Minho hyung dengan Yoora yang pertama. Semoga mereka bisa terus berbahagia.
Aku tidak bohong kok, aku berdoa supaya mereka terus bahagia. Yoora gadis yang baik dan setia, dia tidak mungkin meninggalkan Minho hyung meski aku sakit, jadi Minho hyung akan senang bersamanya. Aku juga tidak keberatan kalau mereka bergandengan tangan di hadapanku, saling bertatap mata dengan mesra, dan menyentuh pipi masing-masing. Aku sama sekali tidak keberatan.
Karena itu membuat Yoora tersenyum.
Saturday, 28 April 2012
Tanganku masih sakit sekali karena periksa darah semalam. Sakiiiit sekali. Tapi aku ingin bercerita, jadi kupaksakan tanganku untuk menulis.
Hari ini, Minho hyung membukakan jendela kamarku agar cahaya masuk, dan sungguh, aku merindukan saat-saat ketika cahaya-cahaya itu masih menerpa kulitku secara langsung. Dimana aku masih bisa berlari dan menggendong Yoora di punggungku. Dan, Yoora membawakan sebuah pemanis untuk ruanganku, yaitu sebuah bunga matahari yang sangat cantik. Bunga itu belum cukup besar, tapi Yoora berdoa agar ketika bunga itu sudah besar, aku sudah bisa menapakan kakiku secara normal di atas tanah lalu menanam bunga itu di halaman rumah bersama dirinya. Sungguh harapan yang manis. Sejujurnya, aku juga mau.
“Apakah hari ini kabarmu baik, Taemin-ah?” satu pertanyaan dari Minho hyung, membuatku menganggukkan kepala. Meski aku tak tahu bagaimana kabarku, tapi aku jawab saja aku sedang baik. Aku sudah cukup merepotkan dia, jadi tidak ada salahnya kalau aku hanya mencoba untuk tidak membuatnya khawatir.
Omong-omong, kakiku terasa mati rasa daritadi. Penyakitku sepertinya juga belum jelas penyakit apa. Mungkin hanya kram, atau apalah itu. Mungkin sebentar lagi juga akan sembuh. Mungkin itu hanya penyakit biasa, jadi aku hanya menyikapinya seperti biasa—cuek. Yah, kau tahu? Aku hanya berusaha bersikap biasa.
Perawat bilang aku harus istirahat penuh, tidak boleh terlalu banyak bergerak. Aku bisa mati bosan. Satu-satunya penyemangatku hanyalah bunga matahari Yoora. Aku jadi teringat gadis itu. Apa kabarnya ya dia? Apa dia sudah makan? Apa dia selamat sampai rumah? Apa dia baik-baik saja di sekolah? Apa dia masih suka insomnia? Apa dia sudah menemukan partner ‘mengobrol-tengah-malam’ yang lebih baik dari aku? Apa iya begitu?
Ah, aku jadi banyak ngelindur. Tapi aku hanya ingin memberitahu Yoora sesuatu. Dia harus makan kalau dia tidak mau maagnya kambuh. Dia harus menghentikan kebiasaannya mengautis dengan ponselnya di tengah jalan supaya tidak tertabrak apa-apa lagi seperti setahun lalu. Dia harus mengerjakan sendiri pekerjaan rumahnya agar dia mengerti. Aku juga masih suka insomnia, dan sejujurnya aku memerlukan teman bicara setiap malam—seperti yang selalu kita lakukan.
Aku tahu dari dulu Yoora mengagumi Minho hyung. Aku tahu gadis itu diam-diam menstalk Minho hyung dan mencari informasi mengenai pria itu. Aku tahu gadis itu menangis dan tidak bisa tidur semalaman karena Minho hyung menerima pernyataan cintanya. Aku tahu mereka berdua saling mencintai. Aku tahu, dan aku mengerti. Karena aku yang paling mengerti Yoora. Satu hal yang selalu menjadi pikiranku adalah…
Kenapa bukan aku?
Kenapa bukan aku yang dia pilih?
Kalau aku yang dia pilih, dia tidak usah menstalk atau mencari informasi mengenai aku, karena dia tahu segalanya tentang aku. Kalau aku yang dia pilih, aku akan memeluknya dan bercanda dengannya ketika dia atau aku menyatakan cinta. Kalau aku yang dia pilih… Yah, aku pasti juga akan mempertahankan hubungan kami.
… Apa ini? Mendadak aku kembali melantur. Mereka sudah bahagia, aku tidak berhak mengatur macam-macam.
Ah, maaf buku tua, kakiku kembali sakit dan kram lagi. Sialnya, hari ini sakitnya sangat terasa dan membuat sekujur tubuhku ikut sakit. Kita lanjut kapan-kapan, ya.
Monday, 30 April 2012
Maaf, aku melewatkan satu lagi lembaranmu yang sudah menguning karena termakan usia…
Kemarin Minho hyung tidak bisa datang, jadi hanya Yoora yang mengunjungiku. Aku rindu saat-saat hanya berdua saja dengannya, bercerita banyak mengenai mimpi-mimpi dan bualan-bualan masa depan kami. Tapi, sebenarnya mimpi dan bualan itu terasa sangat nyata dalam imajinasi kami. Aku dan Yoora memang seperti itu, hobi mengkhayal. Semua teman kami menyebut kami sebagai pasangan pemimpi. Tapi sesuai dengan sifat kami, kami hanya cuek. Lee Taemin dan Kwon Yoora, tidakkah kau pikir kami begitu cocok?
Tidak?
Oke, aku hanya akan diam.
Tapi… Choi Yoora memang lebih bagus, ya? Ya, ya, aku tahu di masa depan marga Yoora takkan berubah jadi Lee Yoora. Aku tahu.
Tadi malam aku sempat mimisan—lagi. Dan benda kental berwarna merah itu tidak mau berhenti mengalir juga. Aku terus-terusan membersihkannya, tapi tidak juga hilang. Sudah beberapa kali hal seperti itu terjadi, dan pakaianku jadi ada bekas-bekas merahnya. Benar-benar mengganggu. Berkali-kali Yoora menanyakannya dan aku selalu menjawab kalau itu bekas jus tomat yang selalu kuminum tiap pagi. Haha, padahal aku tidak minum itu tiap pagi. Aku lebih suka minum susu strawberry.
Kepalaku pening sekali, rasanya ingin kubanting-banting ke tembok supaya hilang pusingnya. Tapi Yoora bilang aku hanya akan menghancurkan kepalaku kalau begitu, dan kalau aku melakukannya, dia tidak akan datang menengokku lagi. Jadi aku hanya menuruti perintahnya, lalu tidur di atas kasur.
Bagaimana hari ini? Yang jelas, aku bahagia sendiri bisa memiliki waktu seharian dengan Yoora. Oh, anehnya, bunga matahari pemberian Yoora agak layu, padahal sudah kusiram tiap hari. Apa ada yang salah, ya?
Kurasa bunga itu mewakili keadaan dan perasaanku sekarang. Wah, kami sudah sehati saja, padahal baru kudapat dua hari lalu. Semoga saja bunga itu masih hidup, ketika aku sudah sembuh nanti.
Mungkin.
Tapi bukan aku namanya kalau aku tidak memimpikan kesembuhanku datang secepat kilat.
Tuesday, 1 May 2012
Aku pingsan di ruanganku saat sedang menyiram bunga Yoora. Aku panik, karena bunga itu malah semakin layu. Yang benar saja, padahal tempatnya sangat strategis!
Yoora maupun Minho hyung tidak datang hari ini, mereka sibuk ekskul. Aku jadi rindu klub dance. Bagaimana kabarnya, ya? Tempat itu pasti ramai sekali. Kau tahu buku tua, walaupun kami jarang latihan dan anggota kami sedikit, tapi kami semua orangnya ramai dan suka bercanda. Kehangatan yang kurasakan disana begitu nyata, dan biasanya kalau aku sedih disanalah tempatku merenung. Yoora selalu menemuiku kalau aku sedang sedih dan membawakan sekotak susu strawberry. Ia tidak bicara apa-apa, hanya duduk di sampingku, lalu memberikan aku sebelah headsetnya. Kemudian, kami akan terus mendengarkan lagu sampai sore. Ada satu hari saat Yoora tak sengaja tertidur di bahuku, dan aku… Mengecup keningnya. Hehe. Sudah ah, jadi malu aku.
Dokter bilang kondisiku sedikit memburuk. Yang benar saja, aku tidak melakukan apa-apa, kok. Hanya iseng menulis saja. Dia tak tahu betapa bosannya aku yang aktif hanya duduk terdiam di atas sebuah kasur. Untung saja ada yang mengunjungiku tiap hari, kalau tidak aku benar-benar akan mati bosan.
Ah, lenganku sakit sekali. Aku tidak kuat menulis lama-lama. Baru saja kepalaku agak sembuh karena pening yang melanda pagi-pagi tadi, tapi aku sudah macam-macam saja.
Sebentar lagi aku akan diperiksa lagi. Aku lelah menjalani aktivitas yang itu-itu saja.
Wednesday, 2 May 2012
Yoora bilang wajahku bertambah pucat. Apa iya? Ketampananku tidak hilang, kok. Tapi ketika aku menjawab begitu, dia malah cemberut. Dasar gadis aneh.
Hei, boleh aku mengakui sesuatu?
Aku menyukai Yoora.
Tidak, aku mencintainya. Aku mencintai gadis bodoh dengan segala kelembutan dan senyuman manisnya yang menenangkan hati.
Berkali-kali aku bertanya kenapa bukan aku yang ditakdirkan untuknya. Berkali-kali aku bertanya kenapa harus aku yang terjangkit penyakit aneh ini. Berkali-kali aku membayangkan sudah berapa darah yang terbuang dari tubuhku. Berkali-kali aku berpura-pura sok kuat hanya untuk mengingatkan diriku agar terus percaya bahwa aku bisa sembuh.
Yoora, apa kamu dengar pernyataanku tadi?
Aku tidak akan mengulangnya.
Karena aku tahu, kalau kau mendengarnya, kau akan menolakku.
Kalau kau mendengarnya, maka hilanglah kesempatanku untuk dapat menyentuh puncak kepalamu lagi.
Berkali-kali aku menatap bunga matahari yang semakin hari semakin rusak itu. Apa dia terkena angin ganas? Kalau diandaikan denganku, aku juga terkena angin ganas. Dimana angin itu menekan semua perasaan yang ada, memberikan aku tekanan berat antara keperihan di setiap lapisan kulit dan organku, dan juga kepedihan hatiku setiap kali aku melihatmu.
Melihatmu, Yoora. Tiap hari aku melihatmu.
Tiap hari aku menatap bayang-bayangmu yang berdiri di sampingku.
Apakah aku sudah mulai gila? Sampai kamu selalu muncul disini? Kalau kamu tahu ini, maka tolong hentikan. Aku tidak ingin mati dengan membawa air mataku ikut serta ke atas sana. Aku ingin mati dengan tenang—dengan caraku sendiri.
… Yoora…
Kakiku kembali sakit lagi… Perihnya menjalar di setiap sendi sehingga gerakanku sangatlah terbatas, tidak seperti dulu saat aku bebas berlarian… Leherku kaku, tubuhku gemetaran… Lenganku sakit, dan perih itu kembali menyerang kepalaku, seperti ada jutaan batu yang dilempar ke tulang tengkorakku…
Yoora… Mataku cepat sekali lelah, darahku mudah sekali keluar dari hidungku, dan penglihatanku semakin lama semakin buram…
Apa aku akan layu seperti bunga pemberianmu?
Apa aku akan terus membawa bayanganmu di saat Tuhan sudah menghendakiku kembali?
Yoora… Sakit… Semua tubuhku terasa sangat sakit, sementara dokter terus-terusan menusukkan jarum dan melakukan operasi tanpa memberitahu penyakitku…
Sakit, dada dan hati ini terasa begitu sesak…
Aku ingin segera melepas penyakit ini…
Aku lelah, aku sudah tidak mau menunjukkan tubuh kurus dan lemah ini dihadapanmu lagi…
Thursday, 3 May 2012
Hari ini aku terkulai lemas diatas kasur. Jari-jariku sudah kaku, dan diam-diam aku menuliskan ini. Aku melarang Yoora datang karena aku ingin sendirian. Gadis itu sekarang sedang pergi dengan Minho hyung, bersenang-senang berdua, melupakan sebentar diriku yang sudah mulai membusuk. Lebih baik begitu.
Bunga matahari itu hampir mati, warna-warnanya sudah berubah. Apa aku juga akan seperti itu, sebentar lagi?
Kepalaku sakit sekali.. Rasanya nafasku tercekat, dan kadang aku merasa seperti tidak bisa bernafas. Perutku sakit seperti ada yang menendang dan menghajarnya. Kakiku sulit digerakkan, jadi aku tak bisa turun dari kasur. Hanya tinggal lenganku dan sedikit kekuatan di leherku saja yang membuatku bisa menulis ini. Buku tua, aku sudah lelah. Aku ingin sembuh. Aku ingin segera berdiri tegap seperti dulu, menggerakkan kakiku lagi, dan berlari mengejar Yoora lagi.
Tuhan, ini sangat berat dan menyakitkan…
Lembaran-lembaran buku tua ini sering sekali ternoda dengan darahku, dan melunturi tulisanku. Kadang juga air matalah yang melunturi untaian kata yang kubuat. Aku sudah lelah, tapi aku memaksakan diri untuk bertahan. Aku tidak ingin jadi lemah…
… Aku dimarahi perawat karena terus-terusan menulis, tapi aku tidak peduli.
Yoora, bekas-bekas jarum itu menyakiti kulitku.. Selang-selang ini mengganggu penglihatanku, dan kebebasanku untuk melakukan apapun. Aku tidak ingin begini. Semua ini seakan mengubah seorang Lee Taemin menjadi pecundang tak berdaya…
Hatiku sakit, tubuhku sakit. Aku sampai harus digendong untuk berpindah, dan itu membuatku merasa merepotkan orang. Rambutku benar-benar habis dan rontok kali ini, bibirku berubah jadi sangat ungu. Aku tidak seperti Lee Taemin lagi. Apa kamu masih mau dengan sosok seperti ini?
Baru saja perawat membersihkan muntah darahku. Lagi-lagi aku merepotkan. Beratku turun drastis padahal aku sudah berusaha makan semua yang diberikan. Hidupku jadi sangat tidak nyaman…
Tuhan… Maafkan diriku yang selalu saja mengeluh, tapi kumohon sampaikan hal ini untuk Yoora, yang sekarang pasti sedang sangat bahagia…
Yoora, aku mencintaimu. Jauh sebelum kamu bertemu Minho hyung. Sudah tujuh tahun lamanya aku memendam perasaan ini, sejak kita masih kelas 4 SD. Aku tidak tahu harus bicara apa, karena yang kutau suasana akan jadi aneh jika aku mengatakannya. Aku minta maaf kalau aku terlambat. Aku minta maaf kalau aku sering menyia-nyiakan bekal yang kau buat padahal kau sudah mempersiapkannya sejak pagi. Aku minta maaf kalau aku selalu membuatmu kesal.
Aku minta maaf karena sudah menyayangimu.
Sampai aku akan pergi kemanapun nanti… Hanya kamu. Yang ada di dalam bayangan mataku.
Organku mungkin sudah hancur, tapi perasaanku tidak. Dia akan tetap ada, setidaknya menghangatkan sedikit bagian dari hatimu. Walaupun sedikit saja.
Tuhan, bahagiakan gadis itu… Selama aku pergi, jaga dia. Dan Minho hyung juga.
Sudah saatnya aku tidak merasakan sakit lagi. Darah yang keluar ini juga akan jadi yang terakhir.
Buku tua, semoga aku dapat menemukanmu lagi di lain waktu. Dan maaf saja, namamu akan tetap sebagai buku tua, karena diary itu sama sekali bukan aku. Terima kasih sudah memperbolehkan aku menodai setiap lembaranmu dengan keluh kesah serta tetesan darah kental yang mengganggu itu. Terima kasih karena membiarkanku bercerita tentang Yoora. Begitu sudah saatnya, kau akan kusembunyikan di suatu tempat. Sehingga Yoora tidak akan pernah membacanya.
Terima kasih,
Lee Taemin
Nit
Aku berjanji, akan menemuimu lagi di lain waktu, ketika kita hanya berdua. Ketika aku dapat memberitahukan perasaanku padamu.
Dimana untaian kata-kata tidak dibutuhkan, dimana hanya buraian air mata dan limpahan perasaan kasih sayang yang menyelimuti kita berdua.
Entah kapan. Tapi pasti, suatu hari. Saat Tuhan sudah membolehkan kamu menemui aku.
… Tangan pemuda itu terkulai lemas di pinggir ranjang. Matanya tertutup rapat, dengan sebuah senyuman tersungging di bibir pucatnya. Air matanya mengalir secara perlahan dari sudut matanya.
Bagaimanapun, ketika otak dan hatinya sudah mulai rusak, jutaan perasaannya masih hidup dalam tubuhnya. Menghasilkan sebulir air mata yang akhirnya mengering. Membawa cinta dan pengorbanannya.
Dan setangkai bunga matahari mati di sudut bingkai jendela.
Yoora… Tanamlah satu lagi bunga di halaman rumahmu. Aku akan menjaganya setiap hari, hingga bunga itu besar dan dapat mengingatkanmu mengenai aku. Aku, bunga matahari yang perlahan mati karena kurang mendapat cahaya cintamu.
“… Taemin?” Sesosok gadis dengan rambut panjangnya refleks menatap langit berhujan di atasnya. Mendadak saja rintik hujan itu turun, membuat kejutan sekilas pada jantungnya. Awalnya dia menerka perasaan apa yang tiba-tiba mendatanginya, tapi mendadak ia mengerti.
Dan ia menyesal.
“… Taemin…?” Sebulir air mata turun dari pelupuk mata gadis itu. Ia menggigit lapisan bibirnya keras-keras. “… Kenapa kamu tak pernah bilang…?”
“Kamu tidak mengerti aku… Aku.. Juga.. Mencintaimu, dasar bodoh…”
“… Karena kamu tidak pernah bilang…”
Sebuah bisikan menggema, di dalam hati gadis itu sendiri. Menyesakkan, membuatnya perih, tapi menyimpan banyak kasih sayang yang dalam. Pemuda itu pergi. Sudah terlambat. Sudah terlambat untuk mengulang semuanya dari awal lagi.
“Yoora… Kamu tahu sesuatu? … Aku menyukaimu.”
“Hah…? Apa—apa kamu… Serius…?”
“… Kenapa kamu terkejut begitu? Tentu saja tidak, haha. Aku hanya bercanda.”
Sakit.
Andai saja dulu pemuda bodoh itu sempat mengatakannya, pasti tidak akan begini akhirnya. Walaupun pemuda itu sakit, pasti akhirnya tidak akan begini.
Kenapa semuanya begitu terlambat?
“… Taemin…”
“… Semoga kamu bahagia.”
Fin.
******
 Via:www.ffindo.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar