Only One, Even If I Die (Sunflower Story)
Title: Only One, Even If I Die (Sunflower Story)
Cast:
- Lee Taemin (SHINee)
- Kwon Yoora (OC)
- Choi Minho (SHINee)
Genre: Angst, Romance, AU
Length: Ficlet (or Vignette?)
Playlist: Omoi O Tsumugu Orgel (from Ashita No Nadja Soundtrack)
Disclaimer: I own the story. This is completely mine, dont try to
copy+paste. Taeminnie and Minho are belong to God, by the way
Hasil iseng-iseng gara-gara writer’s
block… Syukurdeh akhirnya jadi juga :’)
Happy
Reading!
******
Only
One, Even If I Die
Sunflower Story
Never
regret this feelings
Oh baby, how can you made me fell so hard?
Even I will die later, no one can change this heart belongs to
As much as I can, I can loving you as long as I can
So just don’t leave me
Oh baby, how can you made me fell so hard?
Even I will die later, no one can change this heart belongs to
As much as I can, I can loving you as long as I can
So just don’t leave me
******
“Yoora! Coba kejar aku, dasar
lamban!”
“Yah! Lee Taemin, awas kau!”
…
Bruk!
“Taemin-ah!!!”
******
Friday,
27 April 2012
Halo buku tua, hari ini aku kembali
menengok isimu. Kelihatannya banyak sekali hari-hari yang kosong di dalam tiap
lembaranmu karena aku. Maafkan aku, bukan karena aku malas, tapi aku sibuk.
Sibuk apa? Haha. Kau tahu aku hampir selalu nganggur, tapi sebenarnya aku
sibuk, kok.
Tidak percaya?
Tentu saja kau tidak percaya.
Tiduran di dalam ruangan yang berbau menyesakkan dan jarang keluar dari sini
itu pasti menurutmu adalah kegiatan pengangguran—tapi nyatanya tidak begitu, menurutku.
Baiklah, kita sedang membicarakan
apa tadi?
Oke, aku ingat. Begini, akhir-akhir
ini aku merasa tubuhku bereaksi berlebihan. Kadang tanganku bergetar, tidak
kuat menulis lama-lama. Sempat kemarin aku merepotkan seorang perawat karena
aku tidak sengaja menjatuhkan gelas. Aku benar-benar merepotkan sekali, ya.
Haha.
Dan nanti malam, aku harus periksa
darah lagi. Menyebalkan tidak, sih? Sudah cukup jarum-jarum itu menusuk-nusuk
kulitku, tapi tetap saja itu dilakukan dalam alasan untuk membuatku sembuh.
Sialan, mereka tidak tahu kalau merawat kulit itu susah.
Oh ya, tadi siang juga Minho hyung
mengunjungiku bersama Yoo. Kau tahu Yoo, kan? Yoora. Ah, tentu saja kau tahu.
Di setiap lembaran terdahulumu, nama itu selalu kutulis tanpa alasan. Aku
sendiri juga tidak tahu kenapa. Yoora semakin hari semakin cantik, membuatku
selalu saja terpesona melihat dirinya. Dia juga salah satu alasanku untuk cepat
sembuh. Yoora sangat baik, dia datang tiap hari—bersama Minho hyung—untuk
mendoakan kesehatanku. Aku bahagia sekali.
Sedikit informasi, tadi kami
merayakan anniversary Minho hyung dengan Yoora yang pertama. Semoga
mereka bisa terus berbahagia.
…
Aku tidak bohong kok, aku berdoa
supaya mereka terus bahagia. Yoora gadis yang baik dan setia, dia tidak mungkin
meninggalkan Minho hyung meski aku sakit, jadi Minho hyung akan
senang bersamanya. Aku juga tidak keberatan kalau mereka bergandengan tangan di
hadapanku, saling bertatap mata dengan mesra, dan menyentuh pipi masing-masing.
Aku sama sekali tidak keberatan.
Karena itu membuat Yoora tersenyum.
Saturday,
28 April 2012
Tanganku masih sakit sekali karena
periksa darah semalam. Sakiiiit sekali. Tapi aku ingin bercerita, jadi
kupaksakan tanganku untuk menulis.
Hari ini, Minho hyung
membukakan jendela kamarku agar cahaya masuk, dan sungguh, aku merindukan
saat-saat ketika cahaya-cahaya itu masih menerpa kulitku secara langsung.
Dimana aku masih bisa berlari dan menggendong Yoora di punggungku. Dan, Yoora
membawakan sebuah pemanis untuk ruanganku, yaitu sebuah bunga matahari yang
sangat cantik. Bunga itu belum cukup besar, tapi Yoora berdoa agar ketika bunga
itu sudah besar, aku sudah bisa menapakan kakiku secara normal di atas tanah
lalu menanam bunga itu di halaman rumah bersama dirinya. Sungguh harapan yang
manis. Sejujurnya, aku juga mau.
“Apakah hari ini kabarmu baik,
Taemin-ah?” satu pertanyaan dari Minho hyung, membuatku
menganggukkan kepala. Meski aku tak tahu bagaimana kabarku, tapi aku jawab saja
aku sedang baik. Aku sudah cukup merepotkan dia, jadi tidak ada salahnya kalau
aku hanya mencoba untuk tidak membuatnya khawatir.
Omong-omong, kakiku terasa mati rasa
daritadi. Penyakitku sepertinya juga belum jelas penyakit apa. Mungkin hanya
kram, atau apalah itu. Mungkin sebentar lagi juga akan sembuh. Mungkin itu
hanya penyakit biasa, jadi aku hanya menyikapinya seperti biasa—cuek. Yah, kau
tahu? Aku hanya berusaha bersikap biasa.
Perawat bilang aku harus istirahat
penuh, tidak boleh terlalu banyak bergerak. Aku bisa mati bosan. Satu-satunya
penyemangatku hanyalah bunga matahari Yoora. Aku jadi teringat gadis itu. Apa
kabarnya ya dia? Apa dia sudah makan? Apa dia selamat sampai rumah? Apa dia
baik-baik saja di sekolah? Apa dia masih suka insomnia? Apa dia sudah menemukan
partner ‘mengobrol-tengah-malam’ yang lebih baik dari aku? Apa iya begitu?
Ah, aku jadi banyak ngelindur. Tapi
aku hanya ingin memberitahu Yoora sesuatu. Dia harus makan kalau dia tidak mau
maagnya kambuh. Dia harus menghentikan kebiasaannya mengautis dengan ponselnya
di tengah jalan supaya tidak tertabrak apa-apa lagi seperti setahun lalu. Dia
harus mengerjakan sendiri pekerjaan rumahnya agar dia mengerti. Aku juga masih
suka insomnia, dan sejujurnya aku memerlukan teman bicara setiap malam—seperti
yang selalu kita lakukan.
Aku tahu dari dulu Yoora mengagumi
Minho hyung. Aku tahu gadis itu diam-diam menstalk Minho hyung
dan mencari informasi mengenai pria itu. Aku tahu gadis itu menangis dan tidak
bisa tidur semalaman karena Minho hyung menerima pernyataan cintanya.
Aku tahu mereka berdua saling mencintai. Aku tahu, dan aku mengerti. Karena aku
yang paling mengerti Yoora. Satu hal yang selalu menjadi pikiranku adalah…
Kenapa bukan aku?
Kenapa bukan aku yang dia pilih?
Kalau aku yang dia pilih, dia tidak
usah menstalk atau mencari informasi mengenai aku, karena dia tahu segalanya
tentang aku. Kalau aku yang dia pilih, aku akan memeluknya dan bercanda
dengannya ketika dia atau aku menyatakan cinta. Kalau aku yang dia pilih… Yah,
aku pasti juga akan mempertahankan hubungan kami.
… Apa ini? Mendadak aku kembali
melantur. Mereka sudah bahagia, aku tidak berhak mengatur macam-macam.
Ah, maaf buku tua, kakiku kembali
sakit dan kram lagi. Sialnya, hari ini sakitnya sangat terasa dan membuat
sekujur tubuhku ikut sakit. Kita lanjut kapan-kapan, ya.
Monday,
30 April 2012
Maaf, aku melewatkan satu lagi
lembaranmu yang sudah menguning karena termakan usia…
Kemarin Minho hyung tidak
bisa datang, jadi hanya Yoora yang mengunjungiku. Aku rindu saat-saat hanya
berdua saja dengannya, bercerita banyak mengenai mimpi-mimpi dan bualan-bualan
masa depan kami. Tapi, sebenarnya mimpi dan bualan itu terasa sangat nyata
dalam imajinasi kami. Aku dan Yoora memang seperti itu, hobi mengkhayal. Semua
teman kami menyebut kami sebagai pasangan pemimpi. Tapi sesuai dengan sifat
kami, kami hanya cuek. Lee Taemin dan Kwon Yoora, tidakkah kau pikir kami
begitu cocok?
Tidak?
Oke, aku hanya akan diam.
Tapi… Choi Yoora memang lebih bagus,
ya? Ya, ya, aku tahu di masa depan marga Yoora takkan berubah jadi Lee Yoora.
Aku tahu.
Tadi malam aku sempat mimisan—lagi.
Dan benda kental berwarna merah itu tidak mau berhenti mengalir juga. Aku
terus-terusan membersihkannya, tapi tidak juga hilang. Sudah beberapa kali hal
seperti itu terjadi, dan pakaianku jadi ada bekas-bekas merahnya. Benar-benar
mengganggu. Berkali-kali Yoora menanyakannya dan aku selalu menjawab kalau itu
bekas jus tomat yang selalu kuminum tiap pagi. Haha, padahal aku tidak minum
itu tiap pagi. Aku lebih suka minum susu strawberry.
Kepalaku pening sekali, rasanya
ingin kubanting-banting ke tembok supaya hilang pusingnya. Tapi Yoora bilang
aku hanya akan menghancurkan kepalaku kalau begitu, dan kalau aku melakukannya,
dia tidak akan datang menengokku lagi. Jadi aku hanya menuruti perintahnya,
lalu tidur di atas kasur.
Bagaimana hari ini? Yang jelas, aku
bahagia sendiri bisa memiliki waktu seharian dengan Yoora. Oh, anehnya, bunga
matahari pemberian Yoora agak layu, padahal sudah kusiram tiap hari. Apa ada
yang salah, ya?
Kurasa bunga itu mewakili keadaan
dan perasaanku sekarang. Wah, kami sudah sehati saja, padahal baru kudapat dua
hari lalu. Semoga saja bunga itu masih hidup, ketika aku sudah sembuh nanti.
Mungkin.
Tapi bukan aku namanya kalau aku
tidak memimpikan kesembuhanku datang secepat kilat.
Tuesday,
1 May 2012
Aku pingsan di ruanganku saat sedang
menyiram bunga Yoora. Aku panik, karena bunga itu malah semakin layu. Yang
benar saja, padahal tempatnya sangat strategis!
Yoora maupun Minho hyung
tidak datang hari ini, mereka sibuk ekskul. Aku jadi rindu klub dance.
Bagaimana kabarnya, ya? Tempat itu pasti ramai sekali. Kau tahu buku tua,
walaupun kami jarang latihan dan anggota kami sedikit, tapi kami semua orangnya
ramai dan suka bercanda. Kehangatan yang kurasakan disana begitu nyata, dan
biasanya kalau aku sedih disanalah tempatku merenung. Yoora selalu menemuiku
kalau aku sedang sedih dan membawakan sekotak susu strawberry. Ia tidak bicara
apa-apa, hanya duduk di sampingku, lalu memberikan aku sebelah headsetnya.
Kemudian, kami akan terus mendengarkan lagu sampai sore. Ada satu hari saat
Yoora tak sengaja tertidur di bahuku, dan aku… Mengecup keningnya. Hehe. Sudah
ah, jadi malu aku.
Dokter bilang kondisiku sedikit
memburuk. Yang benar saja, aku tidak melakukan apa-apa, kok. Hanya iseng
menulis saja. Dia tak tahu betapa bosannya aku yang aktif hanya duduk terdiam
di atas sebuah kasur. Untung saja ada yang mengunjungiku tiap hari, kalau tidak
aku benar-benar akan mati bosan.
Ah, lenganku sakit sekali. Aku tidak
kuat menulis lama-lama. Baru saja kepalaku agak sembuh karena pening yang
melanda pagi-pagi tadi, tapi aku sudah macam-macam saja.
Sebentar lagi aku akan diperiksa
lagi. Aku lelah menjalani aktivitas yang itu-itu saja.
Wednesday,
2 May 2012
Yoora bilang wajahku bertambah
pucat. Apa iya? Ketampananku tidak hilang, kok. Tapi ketika aku menjawab
begitu, dia malah cemberut. Dasar gadis aneh.
Hei, boleh aku mengakui sesuatu?
Aku menyukai Yoora.
Tidak, aku mencintainya. Aku
mencintai gadis bodoh dengan segala kelembutan dan senyuman manisnya yang
menenangkan hati.
Berkali-kali aku bertanya kenapa
bukan aku yang ditakdirkan untuknya. Berkali-kali aku bertanya kenapa harus aku
yang terjangkit penyakit aneh ini. Berkali-kali aku membayangkan sudah berapa
darah yang terbuang dari tubuhku. Berkali-kali aku berpura-pura sok kuat hanya
untuk mengingatkan diriku agar terus percaya bahwa aku bisa sembuh.
Yoora, apa kamu dengar pernyataanku
tadi?
Aku tidak akan mengulangnya.
Karena aku tahu, kalau kau
mendengarnya, kau akan menolakku.
Kalau kau mendengarnya, maka
hilanglah kesempatanku untuk dapat menyentuh puncak kepalamu lagi.
Berkali-kali aku menatap bunga
matahari yang semakin hari semakin rusak itu. Apa dia terkena angin ganas?
Kalau diandaikan denganku, aku juga terkena angin ganas. Dimana angin itu
menekan semua perasaan yang ada, memberikan aku tekanan berat antara keperihan
di setiap lapisan kulit dan organku, dan juga kepedihan hatiku setiap kali aku
melihatmu.
Melihatmu, Yoora. Tiap hari aku
melihatmu.
Tiap hari aku menatap
bayang-bayangmu yang berdiri di sampingku.
Apakah aku sudah mulai gila? Sampai
kamu selalu muncul disini? Kalau kamu tahu ini, maka tolong hentikan. Aku tidak
ingin mati dengan membawa air mataku ikut serta ke atas sana. Aku ingin mati
dengan tenang—dengan caraku sendiri.
… Yoora…
Kakiku kembali sakit lagi… Perihnya
menjalar di setiap sendi sehingga gerakanku sangatlah terbatas, tidak seperti
dulu saat aku bebas berlarian… Leherku kaku, tubuhku gemetaran… Lenganku sakit,
dan perih itu kembali menyerang kepalaku, seperti ada jutaan batu yang dilempar
ke tulang tengkorakku…
Yoora… Mataku cepat sekali lelah,
darahku mudah sekali keluar dari hidungku, dan penglihatanku semakin lama
semakin buram…
Apa aku akan layu seperti bunga
pemberianmu?
Apa aku akan terus membawa
bayanganmu di saat Tuhan sudah menghendakiku kembali?
Yoora… Sakit… Semua tubuhku terasa
sangat sakit, sementara dokter terus-terusan menusukkan jarum dan melakukan
operasi tanpa memberitahu penyakitku…
Sakit, dada dan hati ini terasa
begitu sesak…
Aku ingin segera melepas penyakit
ini…
Aku lelah, aku sudah tidak mau
menunjukkan tubuh kurus dan lemah ini dihadapanmu lagi…
Thursday,
3 May 2012
Hari ini aku terkulai lemas diatas
kasur. Jari-jariku sudah kaku, dan diam-diam aku menuliskan ini. Aku melarang
Yoora datang karena aku ingin sendirian. Gadis itu sekarang sedang pergi dengan
Minho hyung, bersenang-senang berdua, melupakan sebentar diriku yang
sudah mulai membusuk. Lebih baik begitu.
Bunga matahari itu hampir mati,
warna-warnanya sudah berubah. Apa aku juga akan seperti itu, sebentar lagi?
Kepalaku sakit sekali.. Rasanya
nafasku tercekat, dan kadang aku merasa seperti tidak bisa bernafas. Perutku
sakit seperti ada yang menendang dan menghajarnya. Kakiku sulit digerakkan,
jadi aku tak bisa turun dari kasur. Hanya tinggal lenganku dan sedikit kekuatan
di leherku saja yang membuatku bisa menulis ini. Buku tua, aku sudah lelah. Aku
ingin sembuh. Aku ingin segera berdiri tegap seperti dulu, menggerakkan kakiku
lagi, dan berlari mengejar Yoora lagi.
Tuhan, ini sangat berat dan
menyakitkan…
Lembaran-lembaran buku tua ini
sering sekali ternoda dengan darahku, dan melunturi tulisanku. Kadang juga air
matalah yang melunturi untaian kata yang kubuat. Aku sudah lelah, tapi aku
memaksakan diri untuk bertahan. Aku tidak ingin jadi lemah…
… Aku dimarahi perawat karena
terus-terusan menulis, tapi aku tidak peduli.
Yoora, bekas-bekas jarum itu
menyakiti kulitku.. Selang-selang ini mengganggu penglihatanku, dan kebebasanku
untuk melakukan apapun. Aku tidak ingin begini. Semua ini seakan mengubah
seorang Lee Taemin menjadi pecundang tak berdaya…
Hatiku sakit, tubuhku sakit. Aku
sampai harus digendong untuk berpindah, dan itu membuatku merasa merepotkan
orang. Rambutku benar-benar habis dan rontok kali ini, bibirku berubah jadi
sangat ungu. Aku tidak seperti Lee Taemin lagi. Apa kamu masih mau dengan sosok
seperti ini?
Baru saja perawat membersihkan
muntah darahku. Lagi-lagi aku merepotkan. Beratku turun drastis padahal aku
sudah berusaha makan semua yang diberikan. Hidupku jadi sangat tidak nyaman…
Tuhan… Maafkan diriku yang selalu
saja mengeluh, tapi kumohon sampaikan hal ini untuk Yoora, yang sekarang pasti
sedang sangat bahagia…
Yoora, aku mencintaimu. Jauh sebelum
kamu bertemu Minho hyung. Sudah tujuh tahun lamanya aku memendam
perasaan ini, sejak kita masih kelas 4 SD. Aku tidak tahu harus bicara apa,
karena yang kutau suasana akan jadi aneh jika aku mengatakannya. Aku minta maaf
kalau aku terlambat. Aku minta maaf kalau aku sering menyia-nyiakan bekal yang
kau buat padahal kau sudah mempersiapkannya sejak pagi. Aku minta maaf kalau
aku selalu membuatmu kesal.
Aku minta maaf karena sudah
menyayangimu.
Sampai aku akan pergi kemanapun
nanti… Hanya kamu. Yang ada di dalam bayangan mataku.
Organku mungkin sudah hancur, tapi
perasaanku tidak. Dia akan tetap ada, setidaknya menghangatkan sedikit bagian
dari hatimu. Walaupun sedikit saja.
Tuhan, bahagiakan gadis itu… Selama
aku pergi, jaga dia. Dan Minho hyung juga.
Sudah saatnya aku tidak merasakan
sakit lagi. Darah yang keluar ini juga akan jadi yang terakhir.
Buku tua, semoga aku dapat
menemukanmu lagi di lain waktu. Dan maaf saja, namamu akan tetap sebagai buku
tua, karena diary itu sama sekali bukan aku. Terima kasih sudah memperbolehkan
aku menodai setiap lembaranmu dengan keluh kesah serta tetesan darah kental
yang mengganggu itu. Terima kasih karena membiarkanku bercerita tentang Yoora.
Begitu sudah saatnya, kau akan kusembunyikan di suatu tempat. Sehingga Yoora
tidak akan pernah membacanya.
Terima kasih,
Lee Taemin
Nit…
Aku berjanji, akan menemuimu lagi di
lain waktu, ketika kita hanya berdua. Ketika aku dapat memberitahukan
perasaanku padamu.
Dimana untaian kata-kata tidak
dibutuhkan, dimana hanya buraian air mata dan limpahan perasaan kasih sayang
yang menyelimuti kita berdua.
Entah kapan. Tapi pasti, suatu hari.
Saat Tuhan sudah membolehkan kamu menemui aku.
… Tangan pemuda itu terkulai lemas
di pinggir ranjang. Matanya tertutup rapat, dengan sebuah senyuman tersungging
di bibir pucatnya. Air matanya mengalir secara perlahan dari sudut matanya.
Bagaimanapun, ketika otak dan
hatinya sudah mulai rusak, jutaan perasaannya masih hidup dalam tubuhnya.
Menghasilkan sebulir air mata yang akhirnya mengering. Membawa cinta dan
pengorbanannya.
…
Dan setangkai bunga matahari mati di
sudut bingkai jendela.
Yoora… Tanamlah satu lagi bunga di
halaman rumahmu. Aku akan menjaganya setiap hari, hingga bunga itu besar dan
dapat mengingatkanmu mengenai aku. Aku, bunga matahari yang perlahan mati
karena kurang mendapat cahaya cintamu.
…
“… Taemin?” Sesosok gadis dengan
rambut panjangnya refleks menatap langit berhujan di atasnya. Mendadak saja
rintik hujan itu turun, membuat kejutan sekilas pada jantungnya. Awalnya dia
menerka perasaan apa yang tiba-tiba mendatanginya, tapi mendadak ia mengerti.
Dan ia menyesal.
“… Taemin…?” Sebulir air mata turun
dari pelupuk mata gadis itu. Ia menggigit lapisan bibirnya keras-keras. “…
Kenapa kamu tak pernah bilang…?”
…
“Kamu tidak mengerti aku… Aku..
Juga.. Mencintaimu, dasar bodoh…”
…
“… Karena kamu tidak pernah bilang…”
Sebuah bisikan menggema, di dalam
hati gadis itu sendiri. Menyesakkan, membuatnya perih, tapi menyimpan banyak
kasih sayang yang dalam. Pemuda itu pergi. Sudah terlambat. Sudah
terlambat untuk mengulang semuanya dari awal lagi.
…
“Yoora… Kamu tahu sesuatu? … Aku
menyukaimu.”
“Hah…? Apa—apa kamu… Serius…?”
“… Kenapa kamu terkejut begitu?
Tentu saja tidak, haha. Aku hanya bercanda.”
…
Sakit.
Andai saja dulu pemuda bodoh itu
sempat mengatakannya, pasti tidak akan begini akhirnya. Walaupun pemuda itu
sakit, pasti akhirnya tidak akan begini.
Kenapa semuanya begitu terlambat?
“… Taemin…”
…
“… Semoga kamu bahagia.”
Fin.
******
Via:www.ffindo.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar